Suaraburuhnews.com – Jakarta – Kepolisian Indonesia dan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI), sepakat bahwa unjuk rasa pada tanggal 2 Desember jadi dilaksanakan di Jakarta. Bagaimana pengaturan waktu dan tempatnya? Berikut ini lima hal yang perlu Anda ketahui tentang aksi tersebut:
1. Unjuk rasa akan diadakan di lapangan Monumen Nasional
Unjuk rasa yang diorganisir Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI), yang dipimpin oleh Front Pembela Islam dan diikuti sejumlah organisasi massa lain, disebut Aksi Bela Islam III. Demo ini akan diisi dengan zikir dan salat Jumat, dan akan diselenggarakan di lapangan Monumen Nasional.
Lokasi itu disepakati Polisi dan GNPF-MUI setelah dialog yang dimediasi Majelis Ulama Indonesia (MUI).
“Ini jadi win-win solution. Ini baik untuk pengamanan, baik juga untuk keselamatan jiwa para peserta aksi, ” kata Ketua Pembina GNPF-MUI dan juga FPI Rizieq Shihab.
Kapolri Tito Karnavian mengatakan, lapangan Monas dapat menampung sekitar 700.000 orang. Jika jumlah peserta melampaui itu, disiapkan tempat di Jalan Merdeka Selatan.
Lebih lanjut Kapolri menjelaskan, pihaknya melarang kegiatan salat Jumat di Bundaran Hotel Indonesia, (HI), yang sebelumnya direncanakan GNPF-MUI, dengan alasan mengganggu ketertiban umum. Polisi bermaksud menghindari preseden buruk sekaligus mencegah konflik, kata Tito.
“(Jika diizinkan), pekan-pekan berikutnya bisa dijadikan alasan oleh siapa pun untuk menutup jalan-jalan protokoler setiap minggunya dengan alasan salat Jumat.”
“Menutup jalan protokol, akan membuat polisi berhak membubarkan. Ini akan berakibat situasi tidak kondusif. Bisa terjadi konflik, Bisa ada pengunjuk rasa yang luka, polisi yang luka seperti saat demonstrasi 4 November ada 18 polisi yang luka,” ujarnya.
Kendati berkompromi soal tempat, Rizieq Shihab mengatakan GNPF-MUI tetap menuntut agar aparat menahan gubernur Jakarta nonaktif, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
2. Unjuk rasa selesai setelah salat Jumat
Rizieq Shihab mengatakan, unjuk rasa pada 2 Desember berupa zikir dan doa untuk keselamatan negeri serta ceramah dari para pemuka agama dan ulama. Ketua Umum MUI Ma’ruf Amin akan menjadi khatib dalam salat Jumat.
Acara dimulai dari pukul 08.00 WIB hingga selesai salat Jumat, sekitar pukul 13.00 WIB. Satgas GNPF-MUI akan berkoordinasi dengan Polri dan TNI untuk mengatur teknis pelaksanaannya.
Seusai salat jumat, lanjut Rizieq, GNPF-MUI akan bertanggung jawab atas pembubaran massa.
“Pimpinan GNPF akan membagi tugas untuk melepas mereka. Bagi yang pulang ke arah utara, selatan, timur, barat, akan ada pimpinan GNPF yang menyapa mereka dan menjelaskan agar mereka pulang dengan tertib ke daerah masing-masing.”
3. Polisi akan mengamankan aksi di luar tempat dan waktu yang ditentukan
Polri dan GNPF-MUI menjamin bahwa aksi akan berjalan “super damai”.
Lebih lanjut Rizieq Shihab menyatakan, jika ada gerakan pada tanggal 2 Desember di luar lokasi dan waktu yang disepakati, maka itu bukan bagian dari Aksi Bela Islam III.
“Kami GNPF-MUI tidak bertanggung jawab, serta Polri berhak mengantisipasi dan mengatasinya.”
4. Polisi berjanji tidak menghalangi warga ikut unjuk rasa
Polri sepakat tidak akan menghalangi warga dari luar Jakarta untuk mengikuti unjuk rasa.
Sebelumnya, polisi di sejumlah daerah dilaporkan menghadang warga datang ke Jakarta untuk mengikuti unjuk rasa, bahkan melarang perusahaan operator bus melayani pemberangkatan para peserta aksi.
“Saya akan meminta ke seluruh jajaran kepolisian supaya para perusahaan pengangkutan dapat mengantarkan saudara-saudara kita,” kata Kapolri.
Rizieq Shihab mengatakan, saat ini peserta aksi di sejumlah daerah sempat menyatakan bahwa mereka nekat jalan kaki ke Jakarta.
“Seperti di Ciamis, 10.000 orang sudah siap jalan kaki ke Jakarta kalau tidak ada perusahaan transportasi yang mau melayani mereka.”
Demi memastikan mobilisasi massa berjalan dengan tertib, satgas GNPF di sepanjang Sudirman-Thamrin akan menyambut para pengunjuk rasa dari berbagai daerah kemudian menuntun mereka ke lokasi.
5. Polisi mengantisipasi penyusupan kelompok teroris
Kapolri Tito Karnavian mengatakan terdapat sejumlah pihak yang memanfaatkan isu dan pengumpulan massa ini untuk tujuan negatif, termasuk kelompok teroris.
Dalam sepekan ke belakang, polisi telah menangkap sejumlah orang terduga anggota kelompok yang berbaiat kepada ISIS.
“Sampai hari ini, kita telah menangkap 12 orang, sebagian ikut dalam demo 4 november,” kata Tito.
Sebelumnya, Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Irjen Boy Rafli Amar mengatakan, Densus 88 telah menangkap sembilan anggota Khafilah Syuhada al-Hawariyun pimpinan Abu Nusaibah pada Sabtu (27/11) lalu.
Mereka diduga berniat memanfaatkan kerusuhan seusai demonstrasi pada 4 November untuk untuk merebut senjata api milik aparat. Rencana ini gagal karena aparat saat itu tidak membawa senjata api.
Kemudian pada Minggu (28/11), polisi dilaporkan menangkap dua orang terduga kasus terorisme yang berencana mengebom markas polisi, gedung DPR dan juga sejumlah kantor kedutaan besar negara asing di Indonesia.
Bahrain Agam dan Saiful Bahri memiliki hubungan dengan Rio Priatna Wibowo, tersangka pembuat bom yang ditangkap di Majalengka. Ketiganya anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD) seperti yang dikutif BBC Indonesia.***