Fenomena Banjir di Pelalawan dari Dulu Sampai Sekarang
Opini: Rojuli
Merunut masa sebelumnya
banjir di Kabupaten Pelalawan Riau bagian yang tidak terlupakan dari jaman dulunya. Dalam catatan penulis bahwa banjir di Kabupaten Kampar sebagai kabupaten induk jauh sebelum Kabupaten Pelalawan dimekarkan bahwa fenomena banjir sudah kerap terjadi.
Usia penulis saat itu sekira umur 5 tahun. Tepatnya sekira tahun 1978 telah terjadi banjir besar diantara banjir yang pernah terjadi saat itu.
Dampak banjir saat itu cukup besar. Tidak sedikit rumah warga, hewan tenak hanyut oleh bencana alam banjir. Bangkai bangkai kerbau berhanyutan di Sunga Kampar sapai ke Kelurahan Langgam.
Sekarang bencana banjir terjadi lagi. Dalam catatan kami banjir di Kabupaten Pelalawan sejak awal bulan Desember tahun 2023 dan sampai Januari 2024.
Pelalawan merupakan tempat bertemunya dua Sungai Kampar yang bertitik di Dusun Muara Sako RW 5 Kelurahan Langgam. Disaat air di Sungai Kampar Kiri dan Sungai Kampar Kanan naik maka tumpahan air tersebut
Dalam literatur Sungai Kampar merupakan sebuah sungai di Indonesia, sekitar 800 km di barat laut ibu kota Jakarta. Panjang: 414 km. Merupakan hulu sungai dari pegunungan Bukit Barisan yang bermuara ke
Selat Malaka. Luas DAS 2.186.000 Ha.
Banjir dan PLTA Koto Panjang
Seiring dengan perkembangan zaman, pada tahun 1987 pemerintah membangun proyek PLTA Koto Panjang dan penggunaanya di mulai pada bulan Maret 1993 yang menyebabkan dipindahkannya 6 Desa dan 2 Kelurahan di Kecamatan XIII Koto Kampar secara bakal desa melalui program transmigrasi di dalam wilayah Kecamatan XIII Koto Kampar.
Proyek PLTA Kota Panjang berlokasi di Desa Rantau Berangin, Kabupaten Kampar Provinsi Riau, sekitar 20 km dari Bangkinang atau 87 km dari Pekanbaru yang dapat membangkitkan tenaga listrik sebesar 114 MW atau 542 GWh pertahun dengan membuat bendungan beton setinggi 58 m pada aliran sungai kampar. Luas daerah tangkapan air (catchment area) PLTA Kota Panjang sekitar 3.337 km2 dengan debit air tahunan rata-rata 184.4 m3/s.
Biaya pembangunan proyek PLTA Kota Panjang berasal dari pemerintah Indonesia melalui dana APBN dan Non APBN (APLN) dan dana pinjaman luar negeri dari Oversease Economic Cooperation Funds (OECF), Jepang. Biaya pembangunan proyek PLTA Kota Panjang sekitar 700 Milyar Rupiah.
Proyek PLTA Kota Panjang memanfaatkan arus sungai Kampar Kanan yang akan diharapkan dapat menghasilkan daya listrik sebesar 114 MW dan membangkitkan tenaga listrik dengan produksi energi sebesar 542.000.000 kWh/tahun. Energi listrik yang dibangkitkan akan digunakan untuk memenuhi tenaga listrik untuk wilayah Sumbar dan Riau khususnya untuk kota Pekanbaru sebagai pusat pemerintahan Provinsi Riau.
Proyek PLTA Kota Panjang diinterkoneksikan dengan PLTU Ombilin berkapasitas 200 MW yang mencakup Gardu Induk Salak, Gardu Induk Solok, Gardu Induk Indarung, Gardu Induk Teluk Bayur, Gardu Induk Kandis, Gardu Induk Padang Luar, Gardu Induk Payakumbuh, PLTD Simpang Haru, PLTD/ PLTG Pauh Limo, PLTA Batang Agam melalui switchyard yang ada pada PLTA Kota Panjang dan selanjutnya akan dihubungkan pula dengan PLTD/G dan Gardu Induk sekitar Pekanbaru.
Secara umum penyebab banjir adalah karena faktor alam seperti hujan deras, banjir tinggi dan pasang tinggi, dll, dan manusia faktor- faktor seperti pemblokiran saluran atau pemburukan saluran drainase, penggunaan lahan yang tidak tepat, deforestasi di daerah hulu.